Persiapan Bathin Menyambut ramadhan

Syeikh Abd Qadir Jailani menyebut empat penyebab lenyapnya ajaran agama, salah satunya karena, mengamalkan sesuatu tanpa ilmu

Oleh: Ali Akbar bin Agil *
TIDAK lama lagi, kaum muslim di pelbagai penjuru dunia akan memasuki bulan suci Ramadhan 1431 H. Perasaan suka-cita membahana dalam sanubari menyambut kedatangannya.

Seperti tamu agung, Ramadhan adalah ‘tamu’ yang selalu dinanti kedatangannya, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan jika sesorang mengetahui keutamaan yang ada dalam Ramadhan, tentu ia akan mengharap setiap hari adalah Ramadhan.

Meskipun begitu, menyambut bulan turunnya Al-Quran ini perlu melakukan persiapan agar pelaksanaan  puasa berlangsung khidmat dan penuh hikmah. Layaknya orang yang akan melangsungkan perjalanan ke suatu tempat, perlu menyiapkan bekal, seperti itu pula saat hendak melaksanakan perjalanan ke ‘negeri’ Ramadhan.

Pertama, persiapan ilmu. Persiapan pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan pengetahuan seputar syarat sah, sunnah-sunnah, dan hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Ilmu menjadi penting sebagai syarat pertama, sebab seseorang diharapkan telah mengetahui jauh sebelum berucap dan beramal, termasuk dalam soal berpuasa.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani menyebut empat penyebab lenyapnya satu demi satu ajaran agama, salah satunya karena, “Innakum Ta`maluuna bimaa laa ta`lamuun [Kalian mengamalkan sesuatu tanpa ilmu].”

Kedua, persiapan fisik. Menyiapkan jasmani yang prima akan melahirkan etos ibadah yang baik. Betul, bahwa kesehatan bukan segalanya tetapi dengan kesehatan kita bisa melakukan semua hal. Disebutkan dalam hadits, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah.”

Sekuat apapun komitmen ibadah yang hendak kita tunaikan, kala kesehatan tidak dalam kondisi fit, semua itu hanya menjadi mimpi-mimpi belaka yang tak kunjung terwujud.

Ketiga, persiapan batin. Yaitu membersihkan hati dan alam pikiran dari cabang-cabang penyakit hati, baik iri hari, dengki, dendam, sombong, suka pamer, gila pujian, dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, kebiasaan yang berkembang selama ini ialah berziarah ke makam leluhur, anjang sana ke sanak-saudara atau handai tolan dengan harapan saat masuk Ramadhan hati sudah dalam keadaan bersih dan siap secara total beribadah kepada Allah.

Keempat, menata akhlak. Dalam hal apapun, akhlak menjadi urgen diperhatikan sebab keajegan beribadah yang bertumpu pada fiqih an sich membuat kering dari nilai-nilai kesejatian dan moral.

Akhlak dalam Ramadhan yang harus diperhatikan sejak dini adalah menjaga mata, telinga, kemaluan, lidah, dan anggota tubuh lainnya sehingga jangan sampai kita hanya puasa perut, puasa yang sekadar menahan makan dan minum, tapi kehilangan keutamaan-keutamaan Ramadhan.

Puasa sejati adalah berpuasa secara kolektif, puasa yang menggabungkan antara puasa perut, anggota tubuh, dan hati.

*)Penulis adalah pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang

Sumber : http://www.hidayatullah.com/kajian-a-ibrah/12784-persiapan-batin-menyambut-ramadhan-

Postingan Populer