Mewaspadai Riya
oleh Aa Gym
Bulan
suci Ramadlan bulan istimewa. Hari-hari di dalamnya hari-hari
istimewa. Saat-saat di dalamnya, saat isitimewa. Bulan dibukakannya
segala pengampunan, pintu surga, dan ijabahnya do’a-do’a. Bulan
ditebarkannya harapan bagi mereka yang berharap kepada-Nya. Bulan
diangkatnya segala kesulitan hidup bagi yang meminta bantuan-Nya. Kalau
kita dililit utang piutang, maka Allah adalah Dzat Mahakaya yang
menjanjikan terkabulnya doa: Dia dengan mudah akan melunasinya. Di bulan
inilah pula sebagai wahana memohon pertolongan Allah atas segala
kebutuhan hidup kita.
Ujian
hidup tidak bisa kita elakkan dari kehidupan ini; ujian senantiasa
menyertai. Dari sejak kecil, kita dibesarkan oleh ujian. Baik itu ujian
sekolah, organisasi, dan sebagainya. Sesugguhnya itu ujian yang kecil.
Di samping itu, ada ujian hidup yang sesungguhnya dapat mematangkan
diri kita.
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu
seperti yang dialami orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah pertolongan
Allah?’ Ingatlah sesungguh pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)
Jika
Allah SWT menyentuhkan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada
yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Yunus (10) : 107
Allah
SWT dalam menyebut istilah ujian dalam ayat itu menggunakan kata
‘menyentuhkan’. Musibah kepada kita itu hanya sentuhan bukan pukulan.
Adapun ternyata kita merasa sakit, sebabnya kita tidak mau menerima
musibah ini. Padahal, jelas-jelas musibah ini sarat dengan berbagai
pahala dan hikmah, misalnya bisa menggugurkan dosa, mengangkat derajat
keimanan di hadapan Allah SWT. Sehingga, jika saja kita mengetahui dan
meyakini tatkala diuji dengan penghinaan sebagai penggugur dosa, maka
kita tidak akan merasa demikian perih ketika menerimanya.
Dan juga jangan pernah merasa kita sendirian kapan pun dalam melalui berbagai ujian Allah SWT.
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qoof: 16).
Karena
Allah-lah yang mengurus kita setiap saat. Yang menyayangi diri kita
sendiri, bahkan lebih daripada kita sendiri. Andai kita mengetahui
betapa Allah yang menyayangi hamba-Nya, pasti kita tidak akan
mengkhianatinya, karena saking malunya. Andai saja kita tahu kekuasaan
Allah SWT yang mutlak sempurna, pasti tidak akan ada lagi harapan atau
bergantung dan bersandar kepada selain Allah. Andai saja kita tahu
perlindungan Allah Maha Sempurna Maha Kokoh, tentunya kita tidak akan
minta tolong pada siapa pun, karena meminta kepada seseorang bisa
menyebabkan hina harga diri kita. Meminta kepada Allah, akan
meningkatkan harga diri kita, dan tidak akan pernah sedikit pun
dikecewakannya.
Allah pun demikian menyangi orang beriman, sebagaimana tersurat dalam sirah nabawiyah: Ketika itu, dalam suatu peperangan, pasukan muslimin mendapat banyak tawanan perang. Di antaranya terlihat seorang perempuan yang menggendong bayi dengan menunjukkan kasih sayangnya melalui pelukan, belaian, disusuinya dan sebagainya. Lalu Rasul saw bertanya kepada para sahabatnya, “Bagaimana kiranya menurutmu, ibu tersebut, akan tegakah melemparkan anaknya ke dalam api yang menyala?” “Demi Allah tidak mungkin,” kata para sahabat. “Ketahuilah, Allah mencintai orang yang beriman lebih daripada ibu tersebut mencintai anaknya. Allah tidak mungkin melemparkan yang beriman ke neraka.”
Jadi,
sesungguhnya yang mengantarkan kita ke neraka itu kelakuan kita
sendiri. Kita diuji dengan sakit, difitnah, dijauhi, kehilangan
sesuatu, supaya kita bersih dari dosa-dosa; dosa kita bisa terkikis
habis; supaya hati tidak bersandar dan tidak merasa nyaman dengan selain
Allah; supaya tatkala pulang ke akhirat kita bisa berjumpa dengan
Allah dalam keadaan diridhainya.
Mudah-mudahan
Allah SWT menyingkapkan hijab di hati kita, sehingga iman tidak hanya
di mulut, melainkan menghujam hingga ke dalam pori-pori hati kita.
Setiap saat kita sibuk dengan Allah Yang Maha Gagah. Allah SWT tidak
akan pernah mengecewakan hamba-Nya yang hatinya selalu ingat pada-Nya.
"Dan pastilah Allah akan menolong siapa saja yang mau menolong (Dien)-Nya" (QS Al-Hajj : 40)
Tidak
ada yang menginginkan kita ke surga kecuali Allah SWT Sang Pencipta.
Maka jangan pernah bersuudzon (berburuk sangka) kepada Allah SWT
tatkala diuji dari berbagai masalah. Itu semua menunjukkan bahwa kita
diuji dan terbukti kita layak masuk surga.