Keheningan
Subhanallah ...
Rupanya kita banyak belajar dari keheningan. Padahal sang hening tak pernah meminta kita untuk berteman dengannya, tapi kitalah yang sering meminta keheningan itu datang.
Saat sang hening pergi, rupanya kita rindu akan keheningan tu sendiri. Hiruk pikuk bahasan pada kumpulan konsonan dan vokal yang ada membuat riuh di desiran telinga kita. Kali itu lah kita merindukan keheningan.
Bersua dengan orang yang sama di sekian waktu, mestinya tak membuat kita jenuh, tapi membuat jeda keheningan bersama mereka agar bisa semakin saling memahami, saling merindukan kembali hingga tawa yang pernah ada tetap menjadi milik bersama.
Banyak dari kita membayar keheningan dengan pengorbanan yang luar biasa. Ratusan bahkan jutaan anggaran yang kita siapkan untuk mendapatkan keheningan.
Banyak dari kita meminta keheningan di satu hari saja setelah sepekan, sebulan, bahkan setahun bersama jenuhnya aktivitas.
Reuni keheningan itu sedang menghampiri di runtutan jalan ini. Bertemu pada wajah-wajah tenang, penuh cerita bermakna, penuh tawa dzikir yang beriring, dan menyampaikan 'kita sedang bersama', bersama untuk mempersiapkan semuanya.
Allaahu Akbar. Kabar dari bumi, tentang isi tawa keluarga, isi rumpun aktivitas, isi resah pun terobati pada binar mata dan gerak yang menari lincah. Prasangka menjadi kepercayaan karena saat itu kami memang sedang saling berbagi kepercayaan, berbagi cerita yang tak sekedar desah gelisah di rinaian hujan do'a yang sering diminta.
Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil Quluub ...
Menyatu pada mahabbah, bila sedang berada pada jalan yang panjang dan perlu kesabaran penuh untuk melewatinya, perlu kesungguhan yang mungkin lebih luas pada gurun pasir yang pernah dilihat. Bertitik pada mahabbah, berakhir pada mahabbah dan berproses pada mahabbah.
Bergumam pada hening bahwa mahabbah ini tak ingin sia-sia. Biarkan membayar keheningan itu dengan jeda yang senantiasa mereka tunggu. Belajar memahami satu persatu wujud hati, fikir dan jasad yang dimiliki, dan sesekali berkesempatan bertanya tentang sesuatu yang tidak pernah ditanyakan, karena mereka membutuhkannya ...
)each time(
PMC, 31/8/10
Rupanya kita banyak belajar dari keheningan. Padahal sang hening tak pernah meminta kita untuk berteman dengannya, tapi kitalah yang sering meminta keheningan itu datang.
Saat sang hening pergi, rupanya kita rindu akan keheningan tu sendiri. Hiruk pikuk bahasan pada kumpulan konsonan dan vokal yang ada membuat riuh di desiran telinga kita. Kali itu lah kita merindukan keheningan.
Bersua dengan orang yang sama di sekian waktu, mestinya tak membuat kita jenuh, tapi membuat jeda keheningan bersama mereka agar bisa semakin saling memahami, saling merindukan kembali hingga tawa yang pernah ada tetap menjadi milik bersama.
Banyak dari kita membayar keheningan dengan pengorbanan yang luar biasa. Ratusan bahkan jutaan anggaran yang kita siapkan untuk mendapatkan keheningan.
Banyak dari kita meminta keheningan di satu hari saja setelah sepekan, sebulan, bahkan setahun bersama jenuhnya aktivitas.
Reuni keheningan itu sedang menghampiri di runtutan jalan ini. Bertemu pada wajah-wajah tenang, penuh cerita bermakna, penuh tawa dzikir yang beriring, dan menyampaikan 'kita sedang bersama', bersama untuk mempersiapkan semuanya.
Allaahu Akbar. Kabar dari bumi, tentang isi tawa keluarga, isi rumpun aktivitas, isi resah pun terobati pada binar mata dan gerak yang menari lincah. Prasangka menjadi kepercayaan karena saat itu kami memang sedang saling berbagi kepercayaan, berbagi cerita yang tak sekedar desah gelisah di rinaian hujan do'a yang sering diminta.
Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil Quluub ...
Menyatu pada mahabbah, bila sedang berada pada jalan yang panjang dan perlu kesabaran penuh untuk melewatinya, perlu kesungguhan yang mungkin lebih luas pada gurun pasir yang pernah dilihat. Bertitik pada mahabbah, berakhir pada mahabbah dan berproses pada mahabbah.
Bergumam pada hening bahwa mahabbah ini tak ingin sia-sia. Biarkan membayar keheningan itu dengan jeda yang senantiasa mereka tunggu. Belajar memahami satu persatu wujud hati, fikir dan jasad yang dimiliki, dan sesekali berkesempatan bertanya tentang sesuatu yang tidak pernah ditanyakan, karena mereka membutuhkannya ...
)each time(
PMC, 31/8/10
