Menghindari Bangga Diri
oleh Aa Gym
Banyak
di antara kita yang masih sering berbuat bukan karena Allah, tetapi
penilaian makhluk, menuhankan manusia. Lebih sibuk tunduk dan patuh,
sangat berharap, takut, penuh cinta, mengabdi sepenuh jiwa kepada
selain Allah.
Dalam
hal ucapan lisan misalnya, bila mengatakan hingga demikian yakinnya,
tidak ada yang bisa selain saya, maka itu sudah jadi menuhankan
dirinya. Patut kiranya kita berhati-hati jika menyatakan diri bisa atas
sesuatu hal, wajib bagi dirinya menambahkan dengan perkataan ‘dengan
ijin Allah saya bisa’.
Coba
renungkan, jika kita harus mengandalkan hanya diri sendiri untuk
mengurusi semua yang terkait dengan diri kita, sedangkan demikian
banyaknya apa yang kita tidak ketahui dalam hidup ini: kita tidak tahu
tentang jantung, usus, dan masih banyak lagi. Makanan yang tersaji di
hadapan kita, seperti berasnya, lauk pauknya. Terbayangkah bagaimana
dari awal proses hingga tersajikannya makanan itu... Lalu, mana yang
lebih hebat, kita yang mengejar makanan atau makanan mengejar kita?
Bagaimana
mungkin kita sok tahu menghadapi sesuatu yang tidak tahu, rejeki kita
saja tidak tahu. Beruntung kita tidak diwajibkan Allah mengurusi atas
apa yang kita tidak tahu itu yang menjadi kewenangan Allah, seperti
detak jantung, aliran darah, dan sebagainya.
Merasa
diri ini mampu adalah sebuah perbuatan ujub. Maka janganlah kita
senang berbuat ujub yang menunjukkan kita mampu atau bisa berbuat
sesuatu, “Laa haula wa la quwwata illa billah”. Benar ada beberapa
kemampuan yang Allah berikan kepada kita, tetapi jangan menjadi
keyakinan itu sesuatu yang menyelesaikan masalah. Kalau sampai yakin
yang bisa menyelesaikan masalah dengan pengalaman kita, itu tidak benar.
Tidak akan habisnya kebaikan bagi kita atas pertolongan Allah setiap
saat.
Dan
mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "MAA SYAA
ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH" (Sungguh atas kehendak Allah semua
ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan
keturunan, maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun)
yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia
mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu, hingga (kebun
itu) menjadi tanah yang licin.(QS Al Kahfi : 39-40)
Jangan sampai kita merasa sukses, tetapi ternyata hanya kehinaan yang terasa. (teja)