Karakter Negeri

pa yang harus dikomentari ketika setiap sudut negeri sedang berteriak meminta detail tentang hak kemerdekaan.

Disetiap sudut meneriakkan masalah yang berbeda. Tapi sayang, disetiap sudut pula lupa dengan apa yang telah dilakukan negeri untuknya.

Seperti separuh hati yang sedang berusaha melapangkan dada seluas yang mampu diberikan, tapi disisi separuh hati lainnya, justru ingin rasanya mengecam.

Masing-masing sudut negeriku memunculkan masalah. Dari tindakan yang anarkis karena berusaha mempertahankan hidup tapi dengan egois hingga mati sia-sia yang didapatkan. Tapi adapula yang berduka karena sedang kehilangan saudara, sanak keluarga. yang mungkin saja disana ada orang-orang yang memang mendapat sebutan 'orang berharga' dan 'orang bermakna'.

Tapi, mau tak mau itulah yang sedang terjadi.

Apakah Allah sedang menguji ? Apakah Allah sedang menambahkan kecintaanNya ? Ataukah Allah memberi peringatan yang lebih dari biasanya agar kita, makhlukNya menjadi orang-orang yang harus pandai berterima kasih dan bersyukur.

Jawabannya, tetap ada pada diri masing-masing insan yang menjadi rakyatnya.

Karakter negeri ku menjadi berubah karena keadaan yang begitu mendilema. Program penyelesaian kemiskinan belum tuntas dan mencapai target, program pendidikan masih simpang siur dan belum tersosialisai merata sampai dengan tempat-tempat terpencil. Tapi justru bermunculan para perampok-perampok negeri yang mengadidaya dengan memiliki rumah beton hingga hatinya pun terbeton dan semakin tidak peduli. Tapi, mereka masih sempat untuk berpikir untuk tidak ingin mati secara sia-sia. Menyempatkan diri plesir ke kota-kota indah yang menyamakannya dengan keindahan surga, bahkan tanpa disadari perampok-perampok negeri telah membiayai dana pendidikan anak dan keturunannya dengan uang rampokan yang nyata-nyata milik rakyat.

Terlihatkah bedanya, ketika perampok-perampok yang mati ditempat, ketika senapan ada dihadapan mereka. Mayat mereka diangkat semena-mena bahkan harus di otopsi kembali. Sudah sangat sia-sia hidup mereka. Mungkin mereka berkhayal apa yang mereka dapatkan dari rampokan bisa mereka nikmati sama dengan perampok-perampok negeri.

Karakter negeriku berada dipersimpangan. Memang banyak para turis, dan negeri yang lain terpesona pada keindahan dan kekayaan alam yang membentang di bumi Indonesia. Tapi, sungguh lebih banyak lagi dari mereka yang meragukan untuk memilih hidup di Indonesia yang tidak lagi ramah. Bukan saja tidak ramah pada akhlaq, tapi juga tidak ramah pada lingkungannya.

Karakter negeriku jadi berubah karena yang tersampaikan adalah keganasan para pemimpin yang memakan rakyat, kebrutalan manusia-manusia ketika menyelesaikan persoalan. Otot lebih besar pengaruhnya dari pada otak. Musyarakah bukanlah budaya, tapi hanya sebagai pilihan dan isapan jempol.

Karakter negeriku lebih horor dari film-film horor dari negeriku sendiri. Film-film itu seakan bukan khayalan lagi, tapi kenyataan-kenyataan yang terus membayangi para genarasi penerusnya.

Sehingga para penghuni yang memiliki kelebihan dalambeberapa hal, sedikit berseloroh ; 'sepertinya hidup di negara ini lebih nyaman dan enak' atau 'sepertinya hidup dinegara ini lebih aman dan berkembang'.

Karakter negeriku telah menjadi masalah. Karakter negeri yang kemarin seperti bayangan yang semakin berkabut. Kapan selesai kabut menutupi, semua tergantung dari yang merasa tertutupi oleh kabut.

Dengan catatan pentingnya adalah semakin rumit mendefinisikan karakter negeri, rupanya memukul keras para penghuni negeriku untuk lebih cepat bertindak dan mengambil keputusan, lebih kreatif dan harus berani mengambil resiko ketika berinovasi, serta tidak mengambil keuntungan sepihak disaat negeri sedang terpuruk. Karena bisa saja semua menjadi berubah dalam perjalanannya, dan ini yang membuat negeriku semakin menjerit mencari karakter negeri.

Dan selalu ada harapan, karena semua masih bisa diselesaikan. Sekompleks apapun, apa yang harus dikhawatirkan. Karena semua adalah pelajaran berharga untuk bagaimana membangun sebuah negeri kepulauan. Semakin kompleks, akan menjadi kreatif, semakin bertumpuk, maka akan semakin tepat waktu menyelesaikan dan semakin detail mendatanya.

Dalam penyelesaian menemukan jati diri negeriku, yakini bahwa kita masih punya lebih banyak orang-orang baik dan sholih, kita masih punya lebih banyak orang-orang berilmu yang beriman dengan lurus dan benar, kita masih punya orang-orang yang mengedepan akhlaq yang mulia, kita masih lebih banyak punya orang-orang mampu menyelesaikan segala sesuatu dengan tepat waktu, dengan pengorbanan yang luar biasa dan masih bisa bermanfaat untuk saudara-saudaranya. Dan yang terpenting orang-orang itu mungkin tidak terlihat dihadapan kita, mungkin saja mereka sedang berada disamping kita, dilingkungan kita yang senantiasa bekerja tanpa berbicara tapi menghasilkan sesuatu yang sangat luar biasa atau bisa jadi itu menjadikan kita menjadi sama luar biasanya.

Postingan Populer