Teriring Do'a

’Teriring do’a untuk semua. Bak hujan sebelum pelangi, sedih memunculkan warna, gelisah pun menjadi energi berdaya. Ketika bintang tak nampak, bulan masih rela menyapa, walau matahari malu untuk bercahaya tapi awan masih tetap setia”

(4 februari 2008)
Welcome......we start to think together..........
‘Saya melihat wajah kalian adalah wajah yang gelisah” seorang yang baru saja datang dari jauh dengan ringannya mengatakan hal ini, bahkan terkesan menuduh…(saat itu tersentak dan kaget aja). Spontanitas yang terjadi adalah; ada yang terdiam tapi ada yang membela diri, bahkan cuma tersenyum….yaah… setengah membenarkan penyataan itu
.
Sapaan klise atau bermakna ternyata tergantung masing-masing kondisi kita, kepentingan atau mungkin tidak ditanggapi sama sekali karena membuat hati ini tersinggung…..kalau begitu…..maaf.

‘Gelisah’ merupakan rasa yang entah seperti apa, mungkin sedang ‘semrawut’ atau ingin berlaku sesuatu tapi tak yakin dengan yang telah diputuskan, atau sebuah keragu-raguan ataukah memang rasa yang secara fitrah akan tampak pada wajah-wajah yang telah lama ‘bermuram durja’………………rupanya ‘kata’ ini tepat untuk menggambarkannya.
“Tapi dengan gelisah, maka akan memunculkan energi “visi” dan “misi” untuk memulai ‘perubahan dan peradaban’………….tanggapan yang sangat cerdas.

Manusia yang tak pernah gelisah, maka tak mempunyai kemauan untuk merubah apa yang ada didalam dirinya dan disekitarnya. Manusia yang tak pernah gelisah, artinya manusia yang tak punya masalah, manusia yang tak berdinamika kehidupannya………….ironis juga jika ada manusia yang seperti ini…sesimple-simplenya hidup bukannya setenang air saat mengalir, tetapi sungguh………. airpun cukup gelisah ketika bertemu batu besar, tapi yang dilakukan air adalah ‘luwes’ dengan apa yang ada ‘didepannya’. Manusia diciptakan dengan kemampuan ‘adaptasi’, proses ini rupanya menjadikan manusia menjadikan hidup bermakna, berdinamika dan berwarna……….realistis…

Jika gelisah terhadap problem hidup ini…rupanya kenikmatan yang justru hadir dalam pergolakan kehidupan itu sendiri…..Jika gelisah menjadi ‘corong’ perak yang mengeluarkan suara untuk dikatakan ‘perlu penyelesaian’, rupanya usaha ‘meniup’ untuk lebih teratur dan terarah menjadi ‘solusi’………Jika gelisah menghambat ‘urat’ senyum bergetar, maka akan ada ‘rengekan’ yang siap tumpah saat itu atau nantinya……….

Karena pemuda Indonesia gelisah, maka Sumpah pemuda 1928 ‘tercetus’, karena rakyat Indonesia gelisah, maka ‘proklamasi’ digamblangkan menjadi cita-cita ‘beranugerah’, karena gelisahnya ‘dunia’ maka ‘konferensi’ bertaraf ‘internasional’ menjadi paradigma ‘penyelesaian global………..fenomenal………

Postingan Populer