Kerinduan Sebatang Pohon Kurma

Bismillahhirrohmannirrohim.........
Semula dahulu, Masjid Nabawi di kota Madinah – yang penuh cahaya – itu dibangun dengan sederhana. Langit-langit atapnya hanya terdiri dari sambungan pelepah yang telah diikat, dan dibawahnya terdapat batangan pohon kurma tertata rapi yang tegak terpancang menopang kuat, sedangkan lantainya hanyalah hamparan tanah pasir yang cukup bersih terawat.

Di hari jum'at, setiap kali berkhutbah, Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam biasa berdiri sambil berpegangan pada sebatang pohon kurma yang berada di dekatnya. Tangan Baginda yang mulia telah berulang kali menyentuhnya, untuk sekedar memegang atau bersandar. Rupanya hal itu – dengan kehendak Allah Swt. – telah memberikan kesan yang teramat spesial bagi sebatang pohon tersebut. Kemuliaan Baginda, keagungan pribadinya, dan kasih sayangnya yang luas, semua itu telah membuat sebatang pohon kurma tadi turut pula merasakan suatu kebahagiaan yang tiada tara, merasakan kebanggaan yang tak tertandingi oleh setiap pepohonan, setiap tumbuhan, setiap benda-benda, bahkan oleh manusia sekalipun yang tak pernah bersentuhan tubuh dengan tubuh sang kekasih tercinta.
***
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam adalah sosok yang mulia, seorang pemimpin yang turut merasakan beban penderitaan rakyat, seorang rosul yang sangat mendambakan keimanan dan keselamatan ummat, juga seorang kekasih yang padanya terdapat sifat-sifat terpilih. Dialah Nabi yang dalam genggaman tangannya batu-batu membacakan dzikir, dan dengan isyaratnya pula bulan terbelah dua. Dialah sang Nabi yang kehadirannya sebagai rohmatan li al-'âlamîn.

Dialah Nabi yang belaian lembut tangannya telah menenteramkan seekor unta, kala dilihatnya melenguh seakan meratap, meneteskan air mata, mengadu telah disiksa dan disakiti oleh tuannya. Sampai-sampai katak pun dilarang membunuhnya, suara kotek yang membisingkan itu, ternyata adalah suara tasbih. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam juga telah menceritakan kisah seorang perempuan masuk neraka hanya karena seekor kucing yang diikatnya sampai mati kelaparan. Nabi marah ketika melihat anak burung diambil dari sarangnya, sehingga membuat sang induk kebingungan. Nabi juga marah ketika melihat sarang lebah hangus dibakar orang.

Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalamtelah memperingatkan agar jangan merampas nyawa burung dengan sia-sia, menyembelihnya tanpa ada manfaat. Sejalan dengan itu, beliau berpesan agar berlaku lemah lembut, bila menyembelih hewan yang dihalalkan dagingnya untuk dimakan. Dan Nabi sangat tidak menyukai, bahkan melarang keras, bila setiap yang bernyawa dijadikan permainan untuk memanah. Sungguh, dialah Sang Nabi yang teramat pengasih lagi penyayang.
***
Suatu hari, seorang sahabat datang menyampaikan pikirannya kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam,
 "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kami membuatkan sebuah mimbar untukmu?"
"Jika memang kalian menghendaki, silahkan!" Jawab Baginda.
Mendengar sambutan baik dari Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam maka para sahabat pun segera mencarikan rancangan, hingga dibuatlah sebuah mimbar. Kemudian lembaran sejarah mencatatnya sebagai mimbar pertama dalam Islam.
Dengan diliputi rasa penasaran bercampur bahagia, para sahabat pun menunggu kesempatan itu tiba, kesempatan untuk menyaksikan peristiwa yang tak boleh terlewatkan, saat pertama kali Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam berdiri menyampaikan khutbahnya di atas mimbar.
Tatkala Nabi tengah berkhutbah, dan setiap pasang mata yang hadir tertuju kepadanya, tiba-tiba terdengar suara tangis memilukan, seperti tangis ratap seorang anak kecil, seperti tangis kerinduan yang teramat mengharukan. Entah, siapa dan dari mana suara itu berasal? Khalayak pun ramai, saling memandang, mencari tahu.
Dari atas mimbar, Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam beranjak turun menuju sebatang pohon kurma, pilar masjid yang tadinya beliau gunakan sebagai tempat untuk bersandar atau berpegangan. Baginda perlahan mendekat, menyentuh, kemudian mendekapnya, hingga suara ratapan tadi hilang lengang, seakan memberi isyarat bahwa si pemiliknya telah menjadi tenang. Orang-orang yang hadir masih menatap Baginda penuh tanya, seolah menanti penjelasan yang masih tersisa.
"Pohon ini meratap karena rindu kepada dzikir yang dahulu biasa didengarnya!" Sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam menjelaskan kepada para sahabatnya yang setia, bahkan rasanya penjelasan itu tertuju pula untuk kita semua, sebagai ummatnya.
Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam memberinya pilihan, apakah hendak dikembalikan fungsinya sebagai tempat bersandar atau berpegangan, ataukah dikubur dan menjadi pohon yang buahnya dimakan oleh para nabi serta orang-orang saleh di taman surgawi? Maka ia pun memilih yang terakhir.
***
Sebatang pohon kurma? Ya, hanya sebatang pohon kurma! Namun ia telah bersentuhan tubuh dengan tubuh sang kekasih, ia telah merasakan hangatnya kebersamaan dari Nabi pengasih. Sebatang pohon kurma itu maratap, menangis, karena menahan rindu akan sentuhan lembut tangan manusia pilihan, manusia paripurna yang telah dicipta Alloh Ta'âlâ, sang insân kâmil.
Jika sebatang pohon kurma saja bisa merasakan kasih sayang seorang nabi yang memiliki sifat bi al-mu'minîna roûf al-rohîm, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min, hingga ia pun merasa rindu dan cinta kepadanya, lalu bagaimana dengan kita sebagai ummatnya yang beriman?
Baginda Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam adalah pilihan terbaik, bahkan terbaik di antara semua yang terbaik dari seluruh anak manusia yang dilahirkan di dunia, baginda adalah gen terbaik yang pernah ada, al-sulâlah al-thôhiroh, beliaulah pribadi agung yang pernah tercipta, lisan terfasih yang pernah bersabda, ucapan terindah yang pernah didengar telinga, imannya paling sempurna, datang dari negeri yang paling mulia di sisi Alloh Ta'âlâ. Pengingkaran terhadap hakikat wujudnya bukanlah sekedar pengingkaran terhadap salah satu rukun iman, namun lebih dari itu, pengingkaran tersebut merupakan penolakan keras terhadap hakikat wujud alam semesta yang tercipta dari Nur Muhammad saw., menentang naluri hati nurani, dan itu berarti pula menentang Alloh Sang Maha Pencipta.
Baginda adalah Al-Qur'an, akhlaknya Al-Qur'an, jiwanya Al-Qur'an. Sedangkan Al-Qur'an itu kitab Alloh dan kalimat-Nya yang sempurna. Jika demikan adanya, jelaslah bahwa Rosululloh saw. adalah manusia paling sempurna pribadinya, dan dialah makhluk Alloh yang paling berhak dicinta. Dialah syarat utama untuk mengaku cinta kepada Alloh Ta'âlâ.
***
Lamat-lamat terdengar suara batin memanggil, mengajak kita untuk belajar setia dalam rindu dan cinta kepada Baginda Nabi yang mulia.
***Allahumma Shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa sahbihi wassalim***
Tulisan oleh: Ustdz. WAA.Ibrahimy (Disarikan dari kitab-kitab sirah nabawiyah)
Pic: googling

http://tazkiatunnafs.multiply.com/journal/item/698

Postingan Populer