Serpihan Sang Karang

Lama kau tak menjumpai ombak
Lama kau tak melihat hempasanku
Lama sudah kau tak menghampiriku

Masih ingatkah engkau
Pada sang karang yang pernah kau temui
Tentang sang karang yang kau kenal tentang ketegarannya
Tentang sang karang yang menantimu
Tentang sang karang yang pasti akan menemanimu

Janganlah pula kau lupa
Bila sang karang telah menjadi serpihan
Serpihan karang yang akan kau rindukan
Pada bangunnya tidur atau dalam mimpimu
Pada kisah ketundukkan pada Tuhannya

Kenalkah kau akan Tuhannya
Hingga ia sanggup menjadi serpihan
Dan tidak hanya serpihan saja
Tapi debu, bisa menempati tempat dimana saja disuka atau tidak

Aah, kau akan menyukainya
Karena begitu, tetaplah dulu sang karang
Yang berhias kilauan cinta
Yang beraroma penuh sayang
Dan berkalungkan rindu

Karena dulu, sekarang dan sampai kapanpun
Masih dan adalah sang karang pada serpihan
Dan tunduk pada Tuhannya

Note ;
Semua layak untuk jenuh, karena dalam perjalanannya kita butuh waktu untuk mengusir kejenuhan itu sendiri dalam kewajaran yang bertanggungjawab.

Pada kewajaran yang bertanggungjawab, akan tetap menjadi sesuatu yang berharga bahkan bernilai lebih baik dibandingkan harus terbunuh dengan kejenuhan itu sendiri. Layaknya karang yang terserpih tetap harus menantang ombak. Dengan tidak menantang Allah, tapi sungguh Allah telah menempatkan kita pada porsi kesyukuran nikmat yang harus disyukuri. Suka atau tidak suka, kita pasti akan menyukainya dan melewatinya dengan ketenangan berombak. Karena sang karang lebih menyukai, menantang ombak dan mencintai seseorang yang berdiri diatasnya dan mengatakan betapa gagahnya dirinya berdiri bersama sang karang. Hingga memutuskan untuk menerima dengan wajar dan bertanggungjawab dalam lengkapnya keberadaan, hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat, tanpa harus disadari.





Postingan Populer