Izinkan Aku Memeluk ...



Mengertikah engkau tentang isi hatiku. Mengertikah engkau tentang rindunya hatiku. Mengertikan engkau tentang harapanku padamu. Cintaku untukmu luar biasa, hingga aku menepis semua kekuranganmu, karena seringnya aku bertemu kelebihanmu. Sering aku menepis keluh kesahmu, karena seringnya engkau menolongku dalam kondisi apapun. Sampai-sampai aku tidak mengenal tangismu, karena seringnya aku bertemu dengan tawamu.


Pernah aku lakukan, meneteskan airmata yang tak tertahan karena rinduku padamu, padahal nyatanya aku memang sedang berlebih untuk merindukanmu. Pernah pula aku marah-marah tak jelas tanpa bisa menjelaskan ataupun memberitahukan alasannya padamu, hanya karena seringnya kau tersenyum ditiap kali aku ceritakan padamu, bercerita tentang detik dan detak yang sedang berlaku pada cerita hidupku.

Mengertikan engkau tentang pengertianku padamu. Ketika tiba-tiba kau nyatakan, "aku sudah cukup mengerti tentangmu, sekalipun kau diam." Sungguh, bagaimana kau menaruhku dihatimu, sedang aku menaruhmu luar biasa dihatiku. Karena aku tidak mungkin bisa menjadi luar biasa sepertimu.

Sampai kilasan memori terakhirku, yang aku tahu, kamu selalu mengerti aku, tapi tidak memintaku untuk mengerti tentangmu. Di suatu waktu aku mengetuk pintu pikir dan hatimu. Aku menyatakan tentang sesuatu yang aku anggap itu adalah berharga dan bermakna. Berharga dan bermakna ketika memilihmu adalah menjadi sesuatu catatan yang pernah menoreh hidup ini untuk menjadi sesuatu yang aku hargai dan paling bermakna. Aaah, luar biasa. Aku sendiri tidak pernah menduganya.

Tapi, kau masih menetang hatimu untuk mendekat dengan luar biasa. Cukup sampai disini, itulah makna yang berbintang, karena titik tolakmu untuk menjadikanku luar biasa sejak detik itu telah dimulai. Kau tidak akan banyak lagi membantu, padahal aku ingin. Itu yang kau sampaikan dicatatan awal aku menjadi luar biasa.

Sepertinya,aku tidak akan sering lagi bersandar dipundakmu yang semakin berani. Aku tidak akan sering lagi meneteskan airmata dengan diam-diam ketika menemuimu. Aku akan belajar menjalaninya menjadi luar biasa. Entahlah, apakah aku bisa melakukannya? Aku tidak akan sering lagi menemui wajah yang semakin sering kurindui. Padahal aku ingin tertawa bersamamu kembali. Aku masih ietap ingin menceritakan hal-hal seru tentang detik dan detakku.

Kini, kau menganggap aku dan kami sudah semakin dewasa. Padahal tidak, aku ingin mengatakan tidak. Aku tidak ingin menjadi dewasa ketika dihadapanmu. Aku masih ingin bergelayut pada lenganmu yang lembut. Aku masih ingin memegang erat genggaman tanganmu. Aku masih ingin mengekspresikan cinta dan rinduku sepenuh denganmu. Aku masih ingin mencairkan cerita yang usang. Biarlah usang, yang penting kau masih mendengarku.

Dan kali ini, dijejak awal aku menjadi luar biasa, izinkan aku memelukmu, dan do'akan aku dalam pelukanmu. Bila aku tak bisa bertemu denganmu, maukah kau memelukku dalam pingitan do'a pilihanmu. Maukah kau memelukku dalam kerinduan yang selalu kau bingkiskan untuk orang-orang tercinta yang kau selalu sandingkan dalam robithohmu, dan maukah kau tetap memelukku dalam panggilan yang disaat itu kau taruh namaku dihatimu, dimana hatiku sedang merindu untuk menemui dan memelukmu. Pastikan kau tetap memelukku untuk yang aku pinta didetik detak aku menjadi luar biasa.

Untuk dulu, sekarang dan sampai nanti, izinkan aku memelukmu dengan sebenar pelukan cinta yang berasal dari ikatan tali Allah yang semakin membuatku terpesona.

)ukhuwwahdilukisanpelangiberbedakarenawaktuyangmenemukan(


mu : teman atau pada arti yang menjadi milikmu sendiri

Postingan Populer