Mengering

Tidak sepanjang waktu dihabiskan untuk menulis. Tidak pula sepanjang waktu dihabiskan untuk membaca. Tidak juga perlu sepanjang waktu membunuh waktu untuk diam. Bergeraklah tanpa harus diminta.

Rupanya, semua terkadang seperti mengering. Mengering ketika menuliskan kata dalam rumpun kalimat yang mulai dituliskan. Tak mampu menelaah kemampuan diri sendiri. Tak mampu menterjemahkan apa yang dipikirkan, tak mampu melugaskan apa yang terkatakan, apalagi merefleksikan dengan yang tertuliskan.

Tulisan begitu kering makna, tak menyentuh hati siapapun. Riuh rendahnya hanya berputar pada pusarannya sendiri. Menulis hal yang biasa dan bisa dilakukan siapa saja, tapi menjadi jiwa dari tulisan itu sendiri dan mampu menyeret jiwa yang membaca menjadi rasa jiwa yang sama saat penulis menuliskannya bukanlah hal yang mudah. Bahkan memunculkan jiwa saat menulis dan kembali bisa pada rasa jiwa yang sama saat membacanya sepertinya langka.

Mengering. Tulisan menjadi kering walau seperti bergerak tanpa harus diminta. Karena terkadang menulis seperti tarian jari yang mengalir begitu saja, terkadang tak berdasar, terkadang berada pada porsi lebih atas dasar isi ruang hati atau atas dasar keinginan tertentu yang bertujuan ataupun keinginan tertentu yang sama sekali tidak bertujuan.

Mengering. Isi tulisan menjadi kering ketika tujuan dan komitmen untuk menulis berubah. Banyak yang mengatakan, menulis saja apa yang kau suka, apa sedang dirasakan, apa yang telah dilihat atau apa yang kau inginkan, apa ingin kau rasakan, dan apa yang ingin dicapai. Tapi, rasa kering seperti berhamburan ketika interaksi dengan Sang pemberi kenikmatan berkurang. Tak memiliki kedekatan yang lahir secara naluri, tapi hanya karena kewajiban bukan karena kebutuhan.

Jangan sampai tulisanmu mengering, berpindah dari tujuan dan makna sesungguhnya yang ingin dicapai menjadi terget 'prestise' yang akan dirasakan sebentar. Tapi maknai lah kata dalam kalimat tulisanmu menjadi 'bahan bergerak' yang mampu menggerakkan hati, fikir dan jasad orang lain yang membacanya.

Tulisanmu menjadi kering, bisa saja karena interaksi dengan Tuhanmu sedang berjarak. Tulisan menjadi kering, bisa saja karena interaksi dengan KitabNya sedang tak intens. Hingga tulisan menjadi 'cerai' dan 'bubar jalan'. Dan tidak hanya tulisan tapi juga pada lisan pun akan menjadi mengering, seakan tidak ada pengaruhnya bagiku, baginya, bagimu, atau yang lainnya, sehingga tulisan dan tujuan tulisan nyaris tak berbingkai.

note:
Ketika menulis dan membuat tulisan, kembalikan pada tujuan awal kenapa kita menulis dan membuat tulisan. Kita pun harus mencurigai hati, karena hati bisa bergeser dari awal semula.

Postingan Populer