Awali dan Jagalah


Ramadhan bukan hanya milikmu, tapi milik semua, semua umat muslim.

Ramadhan banyak dijadikan momentum mengawali semua, versinya adalah pilihan-pilihan kreatif yang benar dan baik.

Sebuah ekspektasi optimal melakukan banyak perbaikan yang lebih sering diidentifikasikan dengan perubahan. Tidak hanya pola tingkah laku dan pola pikir tapi dominasi porsi berada pada optimalisasi perubahan frekuensi kontinuitas pergerakan dan perjalanan ruh.

Semangat-semangat ramadhan adalah hitungan tabungan semangat pada hitungan berikutnya, pada 11 bulan berikutnya, 28-31 hari perbulannya, 24 jam perharinya, dan kaitan menit serta detik.

Tabungan itu akan terasa kurang bila tak optimal mengawali dengan baik. Baik pada perencanaan mengisinya, baik pada makna muatan yang mengisinya dan dengan siapa kita mengawali mengisi perencanaan dalam makna muatan itu sendiri. Dan tabungan itu pun dirasai kurang jika menjenakkan diri mengevaluasi pada perjalanan pada 11 bulan kemudian.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu, (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah semua akan kembali, kemudian Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Qs 5: 105)

Kita memiliki semangat ke hal yang lebih baik, mengawali dengan baik, maka harus pula semangat, tidak hanya untuk orang lain tapi terlebih untuk diri sendiri. Ramadhan dijadikan sebagai bulan milik diri sendiri. Nilainya akan berbeda memaknainya jika hanya diawali tanpa diteruskan dan tidak di 'tular'kan untuk orang lain.

Ajakan-ajakan kebaikan bukan hanya berbuah menambah kebaikan, justru memberikan banyak pelajaran pada diri sendiri bahwa tidak hanya orang lain yang berproses dan belajar, kita pun lebih berproses dan belajar untuk lebih sabar untuk mempertahankan keteguhan dalam kebaikan. Bukan hal 'klise' pada nyatanya kita akan 'mentok', bahkan tak mampu mendorong diri sendiri. Terseret pada ketidaksanggupan mengubah akan lebih terbebani, karena ketepatannya pada dampak diri pun terseret pada ketidakpedean pada ajakan berikutnya.

Menjaga diri dengan mengevaluasi tanpa pemberian iqob pada diri justru nilai evaluasi meringankan diri berpotensi tinggi. Sikap no excuse pada diri sendiri jusru membantu mendorong diri untuk senantiasa pada tujuan, bergaris pada sikap diri yang tidak berlebih-lebihan, bahkan memiliki tolak ukur yang jelas dan terukur berhasilkan capaian tepat pada sebaran yang luas, mungkin justru berkarakter.

Amalan dimiliki tapi tak tepat dan tak terarah sama hal nya berbilang percuma. Harusnya capaian tidak terhingga dan mampu mempengaruhi aspek lain, justru tidak tergapai.

Mengawali dan menjaga itu adalah kebutuhan. Koreksi nyata bernilai normatif pada nilai yang kita berikan pada orang lain atau saat kita menerima. Hal mutlak memang ada pada Allah atas kuasaNya dengan semua kejadian, proses dan perjalanannya. Hanya saja, mengingatkan diri sendiri pada ritme 'sering' tak salah dan mengajak orang diluar diri juga akan senantiasa dibenarkan pada penyampaian yang baik, tepat dan terarah.


)tak terlihat, kerjanya tetap terlihat(



Postingan Populer