[Bingkaian] Siluet Wajah

Saya suka menikmati wajah-wajah sahabat, teman atau siapa saja yang saya temui diwaktu, ditempat yang berbeda. Saya menyukainya. Itu saja.

Terkadang saya membaca pikiran mereka dengan wajah yang ditampilkan pada saya. Banyak orang akan mengatakan, seperti kurang kerjaan atau seperti seorang paranormal. Biarlah, toh saya bukan paranormal, saya hanya seorang hamba yang menikmati ekspresi dan berbicara tentang ciptaanNya.

Dulu, saya suka menanyakan tentang wajah diri mereka terhadap diri mereka sendiri. Cukup mengatakan, ”Ada apa?” atau .....saya cukup melihat hentakan disudut mata, dilapisan senyumnya atau dikerutan wajahnya. Tak sanggup berbohong, hingga akan mengalir cerita itu dengan sendirinya. Fantastis, belajar bicara awal dengan wajah yang ada dihadapan saya.

Kali ini, saya jarang melakukannya. Saya lebih suka memperhatikan penyampaian yang diberikan kepada saya tanpa melihat wajahnya. Saya cukup berbicara pada logika mereka. Saya berbicara dengan ya atau tidaknya pikiran saya. Seakan hanya dalam tataran teoritis, seakan tak bernyawa bahkan mungkin tidak ber RUH.

Hingga dibeberapa hari yang lalu, saya tak sengaja memperhatikan wajah mungil yang berbicara melalui matanya (walau tak sempurna), melalui kerutan wajahnya tapi tak juga memberikan senyum, hanya saja tangannya mengulur tulus dan ketika saya tanya, ia mengangguk sempurna mengiyakan apa yang saya katakan. Subhanallah, ia berbicara bukan melalui senyum yang ia berikan, bukan kerlipan dua bola matanya, bukan dikerutan segar pada wajahnya, tapi ia berbicara pada sebuah uluran tangan ketulusan yang tak sanggup saya gambarkan, yang ada uluran itu adalah sebuah pembicaraan rahasia kami berdua bahwa kami sedang saling mempercayai dan membangun sebuah kepercayaan.

Pernahkah wajah mungil itu bertemu denganku? Sesungguhnya pernah, tapi kami tak pernah berbicara lama atau menghabiskan waktu begitu lama bersama, kami hanya saling memandang dan saat itu kami hanya tahu jika sedang menyepakati sesuatu yaitu sebuah kesepakatan bahwa kami bisa bekerja sama dalam banyak hal dan percaya bahwa kami bisa melakukan pengorbanan dengan ikhtiar kami masing-masing. So nice...

Wajah dan siluetnya......
Saya jadi mengingat kembali penjelasan do’a Robithoh yang senantiasa digunakan teman-teman untuk mengikat hati ini. Saya jadi ingin mendata lebih detail wajah-wajah yang pernah saya temui bahkan sejak saya mengenal wajah walau tanpa tahu siapa namanya. Mulai dari yang terdekat, orang tua, adik-adik saya, keluarga saya, sahabat, teman, rekan kerja dan siapapun mereka disana. Sepertinya bila Robithoh itu dibacakan dan begitu banyak wajah yang saya data mungkin akan saya ulang berkali-kali hingga habis siluet wajah mereka.

Bagaimana dengan saya atau orang-orang yang suka bersandiwara.?
Biarlah mereka bersandiwara dengan peran mereka. Mau berbohong, mau benar adanya, biarlah saja karena mereka tidak akan dapat mengelabui TuhanNya bagaimana wajah hati, pikir dan jasad mereka saat ini, kemarin atau untuk besok. Untuk saya, sepertinya belajar dari wajah mungil itu membuat saya lebih berusaha untuk jujur, apa adanya, karena lukisan indahnya sudah masuk dalam ketulusan do’a itu sendiri.

Saya hanya berharap, saya tidak menjadi orang-orang yang berdusta tentang keadaan sebenarnya. Walaupun sedang belajar mengatakan pada diri sendiri, ’ketika langkah kaki keluar dari rumah, maka tersenyumlah, jangan beritahu lembayung senja yang ada dihati dan dimatamu, cukuplah Allah dan lapisan tiang-tiang dan menara rumah yang tahu siapa kamu sebenarnya.” bersandiwarakah? Ternyata saya sedang melakonkan diri sebagai sesuatu yang bermanfaat lebih untuk orang lain. Itu saja.

Siapapun saya, anda atau orang yang ada disana, menjadi diri sendiri bukanlah mudah apalagi memberikan manfaat bagi orang lain, tapi menjadi diri sendiri dan bermanfaat untuk TuhanMu itu lebih baik.

Perjalanan
140709...11.05
Bingkaiannya tidak semakin keropos tapi semakin menakjubkan karena terbingkai pada do’a bukan nestapa. So wonderful. Thank U

Komentar

Postingan Populer