Senantiasa Terobati


Seperti diam-diam merindu, semakin dekat menjadi mencintai. Tidak satupun ingin melewatkan. Tidak satupun tidak menyambutnya. Semua kebahagiaan seakan ditumpah ruahkan, target normal jadi diatas normal, yang biasa-biasa saja harus jadi luar biasa, bahkan sudah lupa dengan defenisi lelah, yang dirasa adalah isinya pahala.

Malam menjadi siang, siang tetaplah siang. Tidak mau menghitung-hitung capaiannya, tapi dampaknya selalu manis. Harinya, malam, siang dan jamnya menjadi obat-obat mujarab untuk hati, lisan dan jasad. Sederhana berharmoni, serasi terikat motivasi. Semua pribadi ingin menjadi urutan teratas untuk diingat-ingat olehNya.

Berlomba-lomba. Berlomba bukan untuk menjadi pemenang tapi untuk menjadi pembelajar sejati. Berlomba bukan untuk menjadi pemenang tapi untuk menjadi seorang petangguh yang istiqomah. Berlomba bukan untuk menjadi pemenang tapi untuk menjadi pelaku-pelaku murni tentang syukur.

Tidak perlu dikatakan kejadian, tapi justru memang harus dijadikan fenomena. Fenomena kebangkitan kebaikan zaman. Fenomena kesadaran, fenomena kesyukuran, fenomena bersyukur akan langit menurunkan berkah dan ridho.

Semua senantiasa terobati alami. Satu-satu diobati. Terobati untuk rindu mendengarkan yang selalu ingin didengarkan, untuk hati yang sepertinya semakin pekat, untuk pikiran yang terkadang penat, untuk jasad yang juga perlu rehat. 

Semua senantiasa terobati alami. Terobati dalam rangkuman syukur bertemu ramadhan kembali. Sesungguhnya Allah maha Tahu dan Lebih Tahu. 


*salahituutksekali*

Postingan Populer