Terlalu Pagi ....

Hentikan Langkahmu
 
...

Biarkan aku memundurkan satu langkah kakiku
Agar aku dapat terlihat te gak dihadapanmu

Gaun kusam yang masih kau anggap indah dimatamu sedang aku rapikan
Bukan ... bukan agar tetap penilaianmu
Tapi kaki sepatuku pun patah karena langkahmu memburuku
Biar ku tutupi patah kaki sepatuku

...

Tetaplah pada langkah tegapmu

Jangan kau tegakkan wajah dan pundakmu ke hadapanku
Hingga kau terpesona 
Dan tanpa sadar
Kau tekukkan kakimu 
Hingga merendah
Jauh dari tegaknya kepalaku
Hingga aku pun membuat derajat hanya untuk melihatmu

Jadi, tetaplah pada langkah tegapmu

...



Apa gaunku memang masih terlihat tidak kusam untukmu?

Kau tahu, dua puluh lima tenaga membenangnya
Dua puluh lima tenaga memutihkannya
Dua puluh lima tenaga menemukannya dengan matahari
Dan dua puluh lima tenaga merekatkan pada diriku

Dari semuanya ...
Bukankah, masih terlalu pagi untuk kesombongan yang dimiliki ?

...

Puisi ini sangat lepas, agar bebas lepas. Rasa dari puisi, tidak perlu sudah dialami, justru belum dialami, tapi mampu menyedot rasa orang lain. Maka, sedemikian lepas.

inspirasi dari : Ya, aku sedang suka. Suka untuk membacanya berkali-kali tulisan seorang ibu yang memang belum terpikirkan untuk bertemu. Dan akhirnya bertemu, mungkin sudah lebih dari setahun yang lalu. Suka tulisan terbarunya disalah satu blog yang masuk di email. Sederhana,  mudah mengingat nama dan seseorang yang baru ditemuinya. Subhanallah, semoga bertemu kembali.

Postingan Populer