Menikmati Rasa Syukur

Menikmati keindahan ciptaanNya seperti merebahkan pada jamuan indah setengah dari isi surga. 

Seperti apa surga? Cukup mendengar gambarannya, sungguh meluaskan jiwa. Ringan hendak hati untuk sampai kesana, tapi jangan dikata bagaimana harus melewatinya.

Tangga keberapa dicapai saat ini? Bukan lagi mimpi-mimpi. Tidak lagi mimpi tapi telah menjadi bagian kenyataan kehidupannya. Ketika ia mengingat kembali semua yang terlewati, kenikmatan itu sungguh bertambah, tanpa jeda diantaranya. Ia memberikan keluarbiasaan makna sederhana. Ia memberikan keluarbiasaan dari keinginan yang malu-malu, cukup optimal dalam berikhtiar.

Diawali dengan syukur, kenikmatan itu bertambah. Lampauannya melebihi yang dibayangkan. 



Maka, bercita-citalah, bermimpilah, dan banyaklah berbuat kebaikan, letakkan prasangka pada prasangka terbaik. Untuk apa memperpanjang analisa, kenapa begini, kenapa begitu, kenapa tidak ini, kenapa tidak itu, kenapa iya, kenapa pula tidak ataupun analisa yang membuang waktu percuma hingga menjadi dangkal antara cita-cita/mimpi dengan gerak ikhtiar yang dilakukan.

Membuat proyek besar dengan perencanaan yang baik, mengembalikan pada Allah maka lebih menikmati rasa syukur itu sendiri. Design tampak sempurna pada kacamata manusia, tapi sungguh cuplikan design sudah diatur oleh Allah. Untuk apa pula harus ribut saling menyalahkan kurang dan lebihnya, bukankah kita cuma butuh satu jawaban : Allah sudah mengaturnya.




Tak perlu berputar mencari alasan, terus menerus menyalahkan, ataupun mengukur kadar kelebihan, kekurangan dan jawaban masing-masing. Bukannya sudah jelas, masing-masing manusia punya pemikiran dan sikap berbeda, masing-masing manusia punya jawaban berbeda dan semua diawali dari kisah, cerita dan pengalaman berbeda. 

Titik hentinya, Menjadi sering belajar dari kisah sebelumnya dan tambah menikmati rasa syukur itu dengan penuh cita yang luar biasa, karena Allah tidak pernah sederhana ketika memberikan kenikmatan.


*thanks for everything*

Postingan Populer