Usia


Apa yang menarik dari usia?

Bertambah tua, sudah pasti.

Berkeriput, tentu saja.

Bertambah dewasa, banyaknya sih begitu.

Tapi jangan terlupa harusnya semakin bertambah dan menumpuk kesyukuran pada Allah yang Maha Memberi.

Dan, alasan terakhir itulah yang membuat untuk ber lelucon ketika mengingatkan seorang adik tentang foto-foto lucu yang pernah diambilnya saat malam persiapan akhir tahun pelajaran sekolah. Bukannya PD untuk ber gaya ria tapi cukuplah untuk menjenakkan sesaat lelah dan kantuk yang menyerang, dan rupanya kilatan cahaya itu membuat kantuk itu hilang (cukuplah setengah sampai satu jam setelahnya).

Dilihat dari sisi manapun jelas tertera kata "narsis" atau mendapat julukan 'himagipo', tapi, biarlah, itu bagian jadi pembicaraan mereka, yang penting alasan terakhir itu yang untuk saat ini digunakan.

Kesannya, alasan terakhir itu mengada-ngada. Justru menikmatinya. Memotret diri disetiap usia seperti melihat nikmat Allah yang diberikan dengan sempurna, tidak ada cela sedikitpun. Tapi, bagaimana dengan isi otak dan hati serta perilaku/akhlaq sang pemilik? Apa sesempurna potret, setengah sempurna atau justru tidak sama sekali.

Bagaimana menempatkan perubahan di setiap usia dengan melihat hasil potretan sendiri. Walhasil, berbangga? Tidak, jauh dari bangga. Bahkan pertanyaannya adalah layak kah surga jadi tempatnya, layak kah malaikat menyapanya, layak kah potret-potret utuh yang langsung diambil oleh Nya ditayangkan kembali. Menyedihkan.

Bahkan semakin menumpuk potret-potret itu, berharap justru melihat perubahan bermakna yang disebut dengan titel keimanan. Tampakkah?

Seperti kalimat diatas

Apa yang menarik dari usia?

Bertambah tua, sudah pasti.

Berkeriput, tentu saja.

Bertambah dewasa, banyaknya sih begitu.

Tapi jangan terlupa harusnya semakin bertambah dan menumpuk kesyukuran pada Allah yang Maha Memberi.


)tampak atau tidak, yakini pada keimanan untuk semakin menyempurnakannya(


Postingan Populer