Usia (2)


Menengokkan kepala setelah salam ke kanan dan kekiri. Sekumpulan ibu yang usianya mendekati lanjut berkumpul, tertawa ringan memberi dukungan pada dua perempuan muda yang sedang tidur-tiduran setelah sholat ashar sore itu.

Ibu berbaju batik dengan corak kain dasar merah marun menyemangati dua perempuan muda dihadapannya.

"Ayo, semangat. Sebentar lagi akan kami limpahkan pekerjaan ini padamu, pada kalian."

Aku tersenyum mendengarnya diantara dzikirku yang belum selesai.

Seseorang diantara mereka yang duduk bersandar disamping pintu musholla hijau digedung biru iustru menyapaku ...

"Mba, dari mana?"

"Emmm ...."

"Sudah praktik, Mba?"

"Ya, Bu. Hampir selesai.

"Tinggal dimana?"

"Dikost teman ...

"Tidak kebanjiran?"

"Lumayan bu, beberapa hari ini sering kehujanan...., basah kuyup."

Ibu berbaju corak merah marun itu masih terus mengoentari dua perempuan muda yang memang tak jauh duduknya dariku dan masih dengan bersemangat.

"Kami ni, dah 20 tahun berteman. Kali ini, tak hanya acara ini saja, tapi reunian pula acaranya ..."

"Jadi buuu. Kali ini, tidak hanya berkesempatan untuk melaksanakan tugas ya tapi justru ...

"Ya, bertemu dengan teman-teman."

Ibu lain yang terlihat sedang memanjangkan kaki, terlihat santai bersama sandaran punggungnya pun menyambung pembicaraan itu.

"Aku sampai memeluk teman lama ku, karena kudengar kami dapat kesempatan yang sama untuk ikut acara ini."

"... dan kami, sudah sama-sama tua rupanya. tapi, jika bertemu tak terhalang akan usia itu."

Aku jadi cermat mendengar dan bergabung dalam pembicaraan mereka. Tetap pada posisi dudukku, dan sedang meniatkan diri untuk merebahkan badan untuk lelap sebentar.

"Mbaa, permen. Jangan malu-malu, ambil saja."

"Ya, bu."

Aah, ibu ini. Dia tahu jika aku memang terlihat lelah.

Ibu berbaju corak merah marun pun melanjutkan obrolannya.

"Aku mencukupkan diri di usia 60 tahun ..."

Belum selesai ia berpanjang lebar, ibu yang dari tadi diam, duduk diarah jam 11 dihadapan sang ibu berbaju corak merah marun tertarik menambahkan.

"Yaa, kalau diberi sebegitu, kalau tidak, mungkin ada baiknya..."

"Siap-siap saja diusia itu atau sebelumnya sudah di pencet duluan sama Allah."

Tawa mengiringi obrolan mereka masih aku dengar walau berada diantara mataku yang hampir lelap terpejam.

"Mbaa, jam berapa? sepertinya sudah masuk."

"Setengah lima.Ya Bu, saya menyusl."

Semua dari kami bergegas. Pembicaraan usai, tapi mungkin tidak berakhir

...


Dua puluh tahun?

Aku? berapa tahun ya berteman dengan teman-temanku dan seberapa awet dengan mereka ?...


"Kami tak begitu ingin mencapai usia 60, rasanya seperti ....

"Glek" ....

Banyak orang muda meminta bahkan berdo'a meminta umur panjang, dan kaya raya pula.
Rupanya lebih banyak orang tua yang meminta agar ketika tua tak menyulitkan anak-anak mereka dengan meminta jatah usia mereka.

Aku???

Memang sempat meninggalkan pembicaraan itu dengan berpamitan diantara selingan canda dan berpikir ... tak pantas hidup lebih lama, jika justru menyusahkan. Cukuplah berada untuk satu bintang (Allah)

)Yaa, Nabi Salam 'Alaika, jadi kangen semua yg dirumah(






Postingan Populer