Baik_Berbaikan!


Apa yang dipikirkan tentang kata 'baik', sehingga begitu banyak kebaikan yang tidak bisa dibayar dengan kebaikan itu sendiri.

Menyesalkah menawarkan kebaikan, ketika kebaikan itu ditolak dengan memberikan pilihan yang lain. Ternyata justru jauh lebih gelisah bagi yang ditawarkan kebaikan karena harus memikirkan tawaran kebaikan itu sendiri, bahkan sampai dengan sekarang. *menyedihkan bangets karena dipikirkan sendirian sih*

Naaah kaaan, mulai lebay wajahnya bahkan ingin menangisi penyesalan itu. Selalu berkata-kata, mengapa menolak tawaran kebaikan itu? Tidak akan ada tawaran dikesempatan kedua, kecuali itu benar-benar mukjizat dari Allah.

Waduuh, waduh, sudah lewat, sudah lewat, ayo dilupakan jreeeeeng !!!!!

Hwaaaaa, hwaaaa ... bener-bener menyesal dagh seumur-umur ketika mendengarkan ceritanya berulang kali, seperti tidak ingin berhenti menceritakannya pada .... (*jadi pengen lari saja*).

Ayo menangislah, menangislah saja, kita selesaikan penyelesaiannya malam ini. Katakan seberapa rindunya pada yang sedang dirindukan. Kita selesaikan pernyataan-pernyataan kita dalam bentuk yang kita pahami. Kalau tidak sanggup, bagaimana kalau kita berkesimpulan, kita 'berbaikan'.

Hiks, hiks, hiks, berbaikan?

Kami sedang tidak ingin berbaikan dengannya, apalagi dengan hatinya! Bahkan sedang mengeraskan hati untuk lebih tidak peduli dengan apa yang terjadi!

Ayolah, lebih baik itu.

Tidak, tidak memilih berbaikan dengan ,,,, memilih menyingkir, memberi jalan agar larinya menjadi lebih cepat, lebih dinamis, lebih banyak pilihan.

Ayolah, paling tidak senyum.

Hwaaaaa, tidak. Tidak akan pernah memaklumi

... semakin tidak jelas ....

*menangis kemudian terbahak mendengar pengakuan, benar-benar hanif, pikirmu lugu dan hatimu memang lucu, padahal *





Postingan Populer