Tau Diri

Lagi-lagi ingin bilang 'semakin kemari, semakin tau diri'. Menyejukkan jika sadar diri itu untuk semakin tau diri. Jika tak sanggup, lebih memilih untuk ditinggalkan. Bila tak bisa memenuhi permintaan, izin untuk mundur teratur. Bila ada yang lain-lain yang tidak bisa dibagi dengan 24 waktu yang dimiliki, jadi memilih berikan kesempatan pada yang lain. Dan bila tak bisa menerima karena 'sadar diri', maka diberikan pada orang lain untuk kebaikan padanya.

Kalau menggunakan kata 'entahlah', sepertinya terdengar terlalu menyerah. Tapi, menjadi lebih sering memilih menghindari sesuatu atau pada banyak hal.

Semakin tau diri dengan kemampuan yang dimiliki. Semakin tau diri dengan potensi yang dimiliki, menjadi semakin melihat diri tidak ada apa-apanya dimata Allah apa lagi dimata beberapa orang yang jauh lebih ...

Bahkan ketika suatu saat tersadar, kenapa memilih meninggalkan sesuatu, ternyata dapat alasannya, 'karena semakin tau diri, semakin sadar diri karena sangat jauh bila dibandingkan dengannya atau dengan hal tersebut.

Seperti menyerah. Tidak, tidak menyerah, tapi memposisikan diri agar sadar pada posisi diri, keadaan diri, dan banyaknya kekurangan diri.

Aktualisasi diri lebih pada kelebihan, banyak orang akan mengatakan itu adalah sebuah kewajaran. Tapi mengaktualisasikan diri dengan banyak kekurangan itu adalah mu'jizat dari Tuhan.

Tenggelam dan mengapung serta menikmati berenang didalam aktivitas menjadi seru, walau lelah terkadang sesekali timbul menuntut untuk rehat, hingga sesekali memunculkan kepala untuk mengambil udara yang segar dan lapang.

Seperti beberapa bulan ini. Tenggelam dengan aktivitas sendiri, sesekali bercarut marut mengomentari upload an teman-teman dijejaring sosial, walau lebih sering memperhatikan rehat-rehat jenaka, curhat-curhat cantik atau tulisan-tulisan berjiwa yang penuh harapan akan pencapaian kebahagiaan dan kenyamanan dunia dan akhirat.

Sering tersenyum sendiri melihat komentar, atau update status mereka. Terkadang mengangguk-angguk saat setuju atau menggeleng-gelengkan kepala saat tak kena dihati dan pikiran. atau jika bosan, memilih kembali ke dunia nyata yang lebih indah dari semuanya yang maya. Itu semua pada bahasan 'menyempatkan'.

Ada yang lebih indah dari dunia jejaring sosial, mengenal yang nyata lebih dekat sedekat do'a. Ada yang lebih menarik rasa peluhnya, ketika mengendarai motor dan menyelesaikan dengan semangat atau melihat senyum mereka justru lebih terkembang saat nyata. Tetap tak sama ekspresinya dan monumental kalimat yang mereka berikan disaat nyata. Hatipun rasa sama dengan apa yang diperlihatkan lewat mata, tangan, senyuman dan tingkah gerak mereka. Dan bahasannya adalah 'insidentil, rutin, dan sempatkanlah.'

Dan menulis. Mengikat semua dengan menulis. Merapikan semua dengan menulis. Merebahkan semua dengan menulis. Mengoreksi semua dengan menulis. Mengevaluasi semua dengan menulis. Sehingga terpikirkan, sungguh 'diri semakin tau diri' dengan apa yang telah dilakukan.

Berbulan-bulan tidak menuliskan apapun. Berbulan-bulan meninggalkan ide apapun. Berbulan-bulan tidak merapikannya dalam maya seperti menemukan 'rasa tau diri yang lebih rapi' bahkan 'rasa tau diri yang lebih merasa tau diri'.

Tau diri pada sesuatu dan banyak tindakan yang terkadang 'apa mungkin'. Semakin tau diri untuk lebih banyak menempatkan diri sesuai porsi dan tidak berlebihan.

Tau diri sebagai seorang anak dari kedua orang tua. Tau diri sebagao masyarakat sosial. Tau diri sebagai karyawan disebuah institusi. Tau diri dengan yang lainnya. Jadi semakin tau diri dengan amanah-amanah yang ada saat ini.

Semakin dewasa. Itu bahasa yang sepertinya bercanda dan mengolok-olok, tapi itulah adanya, tapi tetap saja bukan tepat menggunakan kalimat 'semakin dewasa', tapi semakin tau diri.

Semakin tau diri hingga menjadi apa adanya. Marah disaat harus marah atau marah disaat bercanda, sedih untuk menangis. Nyatanya, semakin tau diri, tau diri untuk mengekspresikan seadanya dan apa adanya.

Semakin kemari bukan tepat kalimat 'semakin dewasa', tapi semakin tau diri, tau siapa diri sebenarnya, tau diri ketika melakukan apapun, tau diri ketika mengomentari apapun, dan tau diri ketika mengartikan apapun.

)Jenakanya, sulit bertemu dengan orang-orang yang mungkin punya kadar tau diri, apalagi saat ini(



Postingan Populer