Aktivitas Tahfizhul Qur'an Mengasah Kecerdasan Berbahasa

August 17, 2011

Oleh: Purwanto Abd. Ghaffar

Tahfizul Quran adalah kegiatan yang memberikan stimulus istimewa terhadap otak, yang mengakibatkan penghafal Al-Quran mempunyai kemampuan dan kecerdasan berbahasa lebih pesat sehingga ia akan sangat mudah menguasai bahasa asing.

Bahasa adalah lambang kecerdasan, manusia memiliki bahasa yang paling kompleks, rumit, dan kaya. Bahasa mendiskripsikan objek nyata dan abstrak, bahasa adalah lambang yang mewakili konsep dan luapan pelbagai perasaan, bahasa mengikat dan menyatakan semua jenis kecerdasan manusia baik intelektual, emotional, maupun spiritualnya.

Menurut para ilmuwan penyelidik otak, modul-modul penting untuk perkembangan bahasa adalah area Wernicke dan Broca. Daerah Wernicke beroperasi dengan tujuan memahami pembicaraan dan daerah broca untuk memproduksi pembicaraan, modul-modul tersebut berkembang sejalan waktu berdasarkan kekuatan dari input linguistik. Aktivitas menghafal Al-Quran merupakan input linguistik yang akan mengalir deras ke dalam otak. Apabila seorang anak menghafal Al-Quran dengan menggunakan terjemahan indonesianya, sehingga ia dapati juga makna ayat-ayat tersebut maka yang tengah dirangsang bukan hanya bahasa ibu, tapi juga bahasa kedua atau bahasa asing. Apabila cara anak menghafal Quran hanyalah mengulang bunyi-bunyian tanpa memahami terjemahannya maka yang sedang dirangsang adalah pengucapan vokal, vonem, dan konsonan, juga dialeg.

Aktivitas tahfizul Quran merangsang wilayah otak yang bertanggung jawab dalam bidang bahasa, sehingga wilayah itu berkembang dengan kecepatan lebih tinggi stimulus positif ini akan mengakibatkan perkembangan kemampuan berbahasa mereka tumbuh lebih cepat dan lebih baik. Penghafal Al-Quran lebih siap untuk menguasai bahasa kedua (asing) dibandingkan yang tidak menghafal Al-Quran.

Dan penguasaan bahasa Arab akan membawanya pada kualitas yang khusus, karena bahasa Arab adalah bahasa istimewa yang dipilih Allah untuk menjadi bahasa yang menghubungkan-NYA dengan manusia ciptaan-NYA. Penghafal Al-Quran mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik Arab secara lebih sempurna dan alami, sehingga membuatnya lebih fasih dalam bahasa Arab. Kosa kata yang didapatinya dari menghafal Al-Quran sangatlah banyak, sehingga seolah-olah dia sudah menghafal kamus bahasa Arab yang sangat tebal. Bahasa dan susunan kalimat Al-Quran sangatlah berbeda, ia sangat memikat dan mengandung unsur sastra yang tinggi. Sedangkan seorang penghafal Al-Quran yang mampu memahami maknanya itu akan memiliki keluhuran jiwa yang lebih dari yang lain.

Menghafalkan Al-Quran Adalah Syarat Mutlak Untuk Memahami Ilmu-Ilmu Keagamaan Islam.

AlQuran adalah sumber hukum agama ini, semua yang dilakukan dan dikatakan Nabi saw adalah berdasarkan AlQuran.Fiqh, aturan bernegara, hubungan internasional, adab perang,diambil dari AlQuran. Siapapun yang ingin memahami agama ini dia harus memulainya dari AlQuran.

Semua ilmu terutama dalam bidang keagamaan merujuk kepada Al-Quran. Misalnya dalam pelajaran bahasa Arab, tentu sang penghafal lebih cepat menguasainya karena ketika menghafal Al-Quran ia sudah berlatih banyak pengucapan, dan sudah banyak sekali menampung kosa kata bahasa Arab, apalagi didalam Al-Quran banyak sekali tersebar contoh-contohnya. Dia dapat dengan cepat menghadirkan dalil-dalil dari ayat Al-Quran untuk suatu kaidah dalam ilmu nahu sharaf.

Misalnya lagi dibidang Fiqh atau hukum, sang penghafal Al-Quran akan lebih mudah menguasainya karena dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat-ayat hukum, dia akan dengan cepat dan mudah dalam menghadirkan dalil-dalil dari ayat-ayat Al-Quran berkenaan dengan suatu hukum atau dalam menjawab suatu persoalan hukum. Demikian juga dengan semua keilmuan Islam, semua berpusat dan mengitari Al-Quran Al-Karim.

Misi Menghafal Al-Quran Akan Menumbuhkan Sikap dan Mental Positif

Penghafal Al-Quran sudah dilatih untuk mencanangkan dan memiliki misi hidup yang istimewa. Penghafal Al-Quran butuh kesabaran, keseriusan yang istqamah, setelah selesai menghafal Al-Quran ia sudah memahami konsekuensi sebuah perjuangan, ia juga sudah mempunyai pengalaman kesuksesan, dan pasti ia telah belajar banyak cara menghadapi tantangan yang datang silih berganti yang merintangi cita-citanya menjadi seorang hafiz/hafizah itu.

Aktivitas menghafal Al-Quran melahirkan banyak sikap positif ; percaya diri, tanggung jawab, amanah, tangguh, disiplin, dan lain sebagainya. Misalnya ketika ia memaksa dirinya ketika rasa malas menyergapnya untuk tetap setia dalam menambah hafalan dan murajaah. Sikap-sikap positif inilah yang akan melahirkannya sebagai pribadi yang matang dan menjadi landasan dari kecerdasan kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan Konatif berhubungan dengan perilaku dan niat serta kemampuaan untuk melakukan sesuatu yang telah diketahui dan diyakini kebenarannya.

http://ramadhan.eramuslim.com/aktivitas-tahfizul-quran-mengasah-kecerdasan-berbahasa/

Postingan Populer